Bab 8 – Melarikan Diri (bagian II)

Font Size :
Table of Content
           


Link

Tiba-tiba, sesuatu melompat ke tengah jalan. Itu adalah salah satu babi hutan bergading yang kutemui sebelumnya.

Akan tetapi, ukurannya dua kali lebih kecil dari babi hutan yang pernah kubunuh. Aku sejenak berubah pikiran untuk mengambil senapanku. Ini kesempatan bagus untuk mencoba pedangku.

Sumber energi dari pistol laser dan senapanku sangat terbatas. Keduanya bisa dibilang adalah kartu trufku, jadi aku ingin menghematnya aebiaat mungkin.

Babi hutan seperti ini mirip monster yang pertama kubunuh dapam game RPG yang kumainkan. Dia adalah sasaran sempurna untuk praktik. Jika situasi tiba-tiba diluar kendali, aku masih bisa membunuhnya dengan senapanku.

Aku menarik pedangku dan mengambil ancang-ancang. Entah kenapa, babi hutan ini tampak bersemangat sekali. Dia berulangkali mencakar tanah. Apakah masih sempat bagiku menurunkan barang bawaanku? Memikirkan itu, babi hutan itu tiba-tiba menerangku.

Aku tidak panik dan menebas ke sisi kiri setelah menghindari serangannya seperti yang kulakukan dalam game.

Hm? Cuma itu? Dia langsung mati? Apakah dia layak sebagai ajang praktek?

Kemudian, tiga ekot serigala muncul dari sisi jalan.

Babi hutan ini sepertinya dikejar-kejar sampai ke tempat ini oleh ketiga serigala itu.

Waktu yang pas. Aku kekurangan lawan tanding, anak-anak.

Aku sudah mengunci ke-tiga serigala itu. Jika mereka sampai membahayakan, seperti sebelumnya, aku cuma perlu mengambil senapan dan menembak mereka. Aku perlu memastikan bahwa mereka tidak mengincar Cleria yang berada di belakangku.

Serigala-serigala itu nampak marah melihat mangsa mereka telah direbut. Mereka langsung menyerang.

Mereka melompat ke atas, namun itu adalah kesalahan

Aku menghindar ke samping dan menebas mereka seperti saat berhadapan dengan babi hutan itu. Kepala salah satu serigala dengan mudahnya terpisah dari badan. Pedang ini benar-benar tajam.

Kelihatannya dua yang lain sudah belajar dari serangan sebelumnya dan memilih menyerang secara bersamaan dari kedua sisi. Sangat naif! Aku melempar pisau elektromagnetikku ke yang sebelah kiri sebelum melompat. Pisau itu secara akurat menancap ke tenggorokan si serigala. Teknik melempar sebenarnya adalah salah satu andalanku. Aku menebas leher yang satunya lagi di sisi kanan sama seperti sebelumnya. Setelah itu aku menghabisi serigala yang tertusuk oleh pisauku.

Sebenarnya ini sedikit mengecewakan. Yah, meskipun mereka serigala, bagiku tidak lebih dari anjing yang besar. Saat aku berbalik ke arah Cleria melihat apa yang dia kerjakan, aku melihatnya menatapku dengan ekspresi kosong. Oh astaga.

Pokoknya sekarang, kita dapat daging! Dan waktunya juga sempurna. Aku tidak punya banyak barang di dalam tas makanan. Daging yang kupunya cuma daging yang dikeringkan. Aku ingin Cleria makan daging yang layak untuk mempercepat penyembuhannya.

Ayo potong-potong mereka.

Aku menyuruh nanom memilah-milah bagian yang harus kupisahkan. Aku menguliti mereka menuruti instruksi nanom.

Ooos. Bisakah daging yang ini dimakan? Jadi begitu. Kalau begitu ayo kita pisahkan banyak-banyak. Oh boy, bahkan jeroannya juga?

Baiklah! Akhirnya kita punya daging dan sayuran. Kita juga punya alat-alat masak dan garam. Malam ini adalah pesta makan!

Kami mulai berjalan lagi setelah mengumpulkan daging. Aku membuang mayat serigala ke jurang

Akhirnya kami menemukan sungai setelah sekian lama. Hey, benar juga! Bagaimana kalau kita kemah di dekat sungai? Kami mungkin bisa mandi juga.

Sepertinya kami bisa dengan mudah turun ke sungai. Dan airnya juga cukup dangkal, jadi kemungkinan tidak ada mahluk berbahaya di dalamnya. Aku memberi tahu Cleria dengan bahasa isyarat, dan sepertinya dia juga sangat bersemangat. Kenapa ya?

Meskipun kami turun ke sungai, aku sudah memastikan memilih titik yang tidak bisa dilihat dari jalan raya. Seharusnya ini titik yang bagus. Pemandangannya sangat luas dan bagus. Ada juga kolam kecil yang terbentuk akibat aliran sungai yang melambat.

Aku membuat kompor sederhana menggunakan beberapa batu yang diambil dari sekitar. Aku juga mengumpulkan beberapa kayu bakar. Cleria juga membantuku membawa bahan-bahan dengan satu tangannya.

Peralatan masak yang tersedia hanyalah panci goreng, panci rebus, dan talenan kecil. Dan bumbu yang ada hanyalah garam, merica, dan bumbu tanaman. Hanya ada beberapa tipe bumbu, namun jumlahnya cukup, jadi aku bisa menggunakannya tanpa khawatir.

Seperti yang nanom instrusikan sebelumnya, aku berhasil memilih daging rusuk, paha, hati dan otot. Hati mudah busuk, jadi aku langsung memasaknya malam ini juga.

Pertama-tama, aku perlu menguras darah di dalam hati dan menghilangkan baunya. Karena tidak ada saringan, aku meletakkan irisan-irisan tipis hati di air tergenang dan membariskan batu di sekitarnya, membiarkannya seperti itu untuk sementara.

Aku kembali dari sungai dan mendapati bahwa Cleria sudah menyalakan api. Sungguh wanita yang pengertian.

Daging lebih baik jika direbus, namun karena kami tidak punya waktu, buat yakiniku saja. Dagingnya akan terasa alot jika digigit, jadi aku mengirisnya tipis-tipis juga.

Menu utama untuk malam ini adalah tumis sayur dengan daging iga dan daging paha. Sayuran yang kugunakan adalah umbi mirip kentang…. err, poto maksudnya dan sayuran batang dari sebelumnya. Sayuran-sayuran itu masih ada bercak-bercak tanah, jadi aku pergi ke sungai sekali lagi untuk membersihkannya.

Hey, ada sesuatu di air! Aku melemparkan pisau kesana.

Sialan! Ikan mirip salmon itu merusak barisan batu yang kubuat sebelumnya untuk membersihkan irisan-irisan hati. Hanya tersisa setengahnya. Yah, sebenarnya kalau dipikir lagi porsinya terlalu banyak, dan aku ingin sesuatu selain daging babi hutan juga.

Aku menarik pisauku dan meletakan jariku ke luka ikan yang terbuka.

[Cocok sebagai makanan.]

Aku akan meminta Cleria menyantap ini juga. Aku memotong salmon besar ini menjadi tiga bagian setelah mencuci sayuran.

(Bisakah ini dimakan mentah?)

[Bisa.]

Bagus! Aku punya beberapa roti keras di dalam kantung makanan, ayo buat canape salmon yang diiris tipis. Sisanya akan dipanggang bersama garam. Sepertinya ini mengandung sedikit lemak, jadi harusnya enak.

Makanan pembuka adalah canape salmon, irisan hati panggang, dan yakiniku. Menu utama adalah salmon panggang yang digarami dan tumis sayur daging. Cukup banyak juga.

Hanya ada satu panci rebus dan sebuah wajan, dan terdapat beberapa piring, jadi pertama-tama masak satu-satu terlebih dahulu kemudian menghidangkannya, habiskan, baru kemudian memasak yang lain.

Pertama siapkan canape salmon. Potong roti keras dan iris-iris, laku letakan potongan kecil salmonbyang sudah dibumbui dengan garam dan tanaman di atasnya. Lalu letakan semuanya di atas piring kayu yang tersedia.

Saat aku memeriksa wadah bumbu tanaman, kelihatannya ini adalah campuran dari berbagai tipe tanaman yang menghasilkan rasa dan aroma yang kompleks. Apakah ini sejenis bumbu serbaguna?

Sekarang selesai, aku meminta Cleria memakannya. Dia menatap terpaku pada piring itu.

Yeah, ini enak. Sebenarnya aku juga ingin menambahkan beberapa keju, namun salmon kaya akan lemak, jadi tak masalah. Tekstur yang renyah dari roti membuatnya semakin enak.

Cleria memakannya seperti badai, rakus banget. Baguslah kalau dia menyukainya.

Selanjutnya adalah hati panggang. Aku membumbuinya dengan garam, dan tanaman ke dalam panci. Karena irisannya memiliki aroma anyir, aku menambahkan bumbu tanaman lagi untuk menangkalnya. Karena irisannya tipia, aku cuma perlu memanggang kedua sisi. Jika aku memanggangnya terlalu lama, irisan itu akan mengeras dan menyusut, jadi aku perlu menyesuaikan waktunya.

Aku juga meletakkan ke atas piring kayu setelah selesai memasaknya. Aku dan Cleria mencicipinya. Yup, rasanya juga enak.

Bau anyirnya masih bersisa sedikit, namun rasa hatinya yang kuat menyebar di mulut. Ternyata poin pentingnya memang sebarapa lama kau harus memanggangnya.

Cleria juga meyantap hidangan ini tanpa disuruh. Malahan, sebenarnya ini adalah menu yang sengaja disiapkan untuk Cleria, jadi aku ingin dia memakannya banyak-banyak.

Aku tidak memakai bumbu campuran tanaman untuk yakiniku. Jika kau memakan hidangan dengan bumbu yang sama terus menerus, kau akan cepat bosan dengan rasanya.

Masakan kali ini juga terasa lezat setelah dimasak. Sedikit keras, namun teksturnya yang kenyal dan renyah memberikan sensasi unik di dalam mulut.

Cleria juga memakan ini dengan penuh semangat. Dia sudah makan banyak sariy tadi. Apakah dia bisa menghabiskan semuanya? Aku merasa dia makan dua kali lebih banyak dariku.

Selanjutnya adalah hidangan utama – salmon panggang. Aku hanya membumbui ini dengan garam. Cleria sepertinya ingin nambah, jadi aku memasak beberapa porsi lagi.

Kau perlu teliti dalam proses pemanggangan disini. Aku sudah membersihkan sisiknya, jadi aku harus memastikan bahwa kulitnya terasa enak. Pertama, panggang sampai kulitnya berwarna kecoklatan dan mendapatkan tekstur renyah. Memanggangnya lebih lama akan membuat masakan gagal.

Hm. Harusnya ini cukup. Aku lebih suka kulit ikan ketimbang dagingnya. Cleria sepertinya sependapat denganku dan menghabiskan porsinya dengan sekejap.

Hidangan terakhir adalah tumis sayuran dengan daging. Aku memotong umbi mirip kentang, poto menjadi dia bagian dan sayuran batang menjadi tujuh bagian. Aku memasak poto dahulu. Aku menambahkan sedikit irisan daging iga dan daging paha. Aku menambahkan potongan batang sayuran diakhir agar bisa mempertahankan teksturnya yang renyah. Aku membumbui hidangan itu dengan garam, merica, dan bumbu tanaman. Sebaiknya aku memasuki ini tidak terlalu lama.

Aku langsung mencicipinya setelah diangkat. Enak! Yang terasa di mulut adalah dagingnya yang kaya akan sari dari daging iga. Namun poin menariknya adalah batang sayuran yang renyah. Ini adalah hidangan yang membuat orang berpikir hidangan dengan daging saja akan terasa ada yang kurang.

Aku memasak cukup banyak tumisan sayuran dengan daging, tapi kami bisa menghabiskan semuanya tanpa tersisa. Cleria tampak cukup puas.

(Cleria sepertinya makan cukup banyak. Apakah dia baik-baik saja?)

[Tidak ada masalah ditemukan. Kuota hari ini telah terpenuhi.]

Oh, jadi begitu. Nafsu makan Cleria yang meningkat ternyata hasil dari stimulus nanom agar bisa mendapatkan nutrisi untuk membentuk kembali kakinya. Pantas saja.

Apa yang harus kuperbuat bila begini? Tentu saja, aku bisa memilih menghentikan nanom meregenerasi kakinya. Namun itu menjadi pilihan terakhir.

Aku tidak mungkin menyiapkan jumlah makanan seperti ini lagi sambil bepergian. Kami hanya beruntung hari ini. Dan bepergian sambil mengenakan kaki palsu adalah hal yang berat semenjak awal. Tidak peduli seberapa nyamannya berjalan mengenakan kaki palsu, masih terdapat resiko jika berjalan untuk periode waktu yang lama. Jika memungkinkan, aku ingin memprioritaskan regenerasi kakinya dahulu.

Mempertimbangkan semua ini, rencana kami selanjutnya sudah diputuskan. Ayo tinggal di dekat sungai ini sementara – setidaknya sampai kaki Cleria selesai beregenerasi. Aku juga ingin belajar tentang bahasa lokal sini.

Kalau begitu selanjutnya, bagaimana aku memberitahu Cleria tentang rencanaku?

Read Faloo Novels online at faloomtl.com
Table of Content Link
Advertise Now!

Please wait....
Disqus comment box is being loaded