Bab 7 – Organ Buatan (bagian II)

Font Size :
Table of Content
           


Link

Fua~a. Sejujurnya aku masih merasa ngantuk, namun aku meminta nanom untuk membangunkanku saat siang. Mari bangun. Masih banyak hal yang harus kulakukan.

Cleria saat ini sedang terpaku di depan tumpukan barang bawaan. Sepertinya dia sedang beres-beres. Sebenarnya aku ingin dia beristirahat sedikit lebih lama sih.

Aku akan memeriksa juga.

Empat kotak kayu semuanya terbuka lebar, dan dia sedang sibuk memilah-milah barang di dalamnya. Ketika dia menyadari aku berdiri di samping, dia cepat-cepat menutup kotak kayu itu yang mana isinya adalah pakaian-pakaian perempuan. Oh ayolah. Lagian aku tidak ada niat mengambil barang-barangmu. Jujur.

Cleria mulai memberikan isyarat padaku setelah kelihatannya dia mengingat sesuatu. Sepertinya dia ingin memberitahuku tentang “sesuatu” itu.

Dia mengambil pedangnya tanpa melepas sarungnya dan mengayunkannya ke arah kereta kuda. Dia kemudian menunjuk diri sendiri.

Apa?! Apakah dia sedang diburu? Mungkinkah sebenarnya dia seorang kriminal? Seperti bandit? Ada juga kemungkinan bahwa peperangan sedang berlangsung. Aku membuat tanda OK menggunakan jari-jariku.

Seberapa banyak jumlah pengejar itu tepatnya? Sekarang adalah giliranku memberikan isyarat. Aku coba mengangkat jari-jariku satu persatu sampai akhirnya mendapatkan jumlah yang benar, namun Cleria segera menghentikanku.

Yeah, aku paham. Biar bagaimanapun juga, selompok orang yang terdiri dari sepuluh orang dipaksa untuk mundur. Lebih aman mengasumsikan bahwa jumlah pengejar jauh lebih banyak dari itu. Cleria menggelengkan kepalanya menandakan dia tidak tahu berapa jumlah mereka.

[Tolong segera hentikan proses komunikasi yang tidak efisien ini.]

Sebenarnya nanom jarang membuat komplain. Aku sudah tahu. Memang salahku sampai berakhir begini.

Aku memberikan tanda OK dengan jari-jariku pada Cleria.

Selanjutnya adalah berapa banyak waktu yang kami punya sebelum mereka menyusul. Aku menunjuk ke arah matahari dan perlahan menggerakkan jariku telunjukku ke arah barat.

Akan aneh bukan jika aku tiba-tiba mulai bicara?

Cleria sekali lagi menggelengkan kepala tanda tidak tahu.

Aku sekali lagi memberikan tanda OK.

Yah, dia masih sibuk memilah-milah barang bawaannya sebelumnya, jadi aku tidak berpikir orang-orang itu akan datang dalam waktu dekat.

Jadi kesimpulannya begini: Aku sedang diburu, namun aku tidak tahu berapa banyak pengejar disana atau kapan mereka akan menyusul.

Sebenarnya aku ingin tinggal di sini sedikit lebih lama dan berangkat besok, namun sepertinya aku harus merubah jadwal sekarang. Kami harus berangkat sesegara mungkin, mempertimbangkan keadaan kaki Cleria.

Apakah ada sesuatu seperti tas di sekitar sini?

(Tolong tandai tas atau benda mirip tas di area ini.)

Aku segera melihat objek bertanda merah saat men-scan area sekitar. Oh, itu dia. Sebuah tas panggul tergeletak di dekat sisa-sisa api unggun. Bahkan itu terlihat seperti tas untuk menyimpan makanan. Omong-omong, aku tidak bisa menemukan persediaan makanan apapun di kereta kemarin dan aku merasa itu aneh.

Lucky!!! Bahkan ada garam juga di dalamnya. Dan ini tampaknya… merica?! Ini jelas harta karun.

Tas di sebelahnya berisi peralatan memasak. Ada panci penggorengan, panci rebusan, pisau, garpu, dan masih banyak lagi. Yang ini juga harta karun!

Selain dari itu, ada tas panggul yang nampak mewah di dekat kereta. Apa ini? Isinya tidak banyak. Saat memeriksanya lebih dekat, aku menemukan tumpukan pakaian dalam wanita yang dengan rapi dilipat di dalamnya.

Aku menyerahkannya pada Cleria, yang sibuk memillah barang-barangnya. Ketika dia melihat isi tas itu, Cleria menatap tajam padaku. Tidak, tidak. Aku tidak ada maksud, serius.

Hey, ada juga tas-tas yang menggantung di bagian samping sadel. Jadi begitu. Barang pribadi mereka mungkin disimpan ke sana. Ayo periksa isinya.

Kami akhirnya selesai memilah semuanya setelah sekitar satu jam. Aku menyentuh benxa mirip pil obat yang kutemukan kemarin dan menyuruh nanom menganElisanya.

Aku mengumpulkan semua barang yang bisa kutemukan dan menyuruh Cleria melihatnya. Aku memberi isyarat padanya meminta izin untuk menyimpan persediaan itu ke tas perjalanan. Cleria mengangguk setuju.

(Tolong periksa dan konfirmasi berbagai material dan persediaan, tunjukan barang-barang yang harus menjadi prioritas utama dan berika instruksi secara terperinci mengenai jumlah yang memungkinkan untuk dimuat ke dalam tas. Aku tidak ingin membuat Cleria membawa lebih dari dua tas.)

Barang tidak penting ditandai dengan biru dan persediaan yang dibutuhkan duberi tanda merah. Aku memasukkan semuanya satu persatu. Dan selesai. Sekarang tas lainnya lagi.

Pada akhirnya aku mengemas satu ransel dan tiga tas yang berisi persediaan. Masing-masingnya sangat penuh hingga menyembul.

Kedua tanganku penuh dengan ransel, dua tas, dua gulungan selimut, dan senapanku. Kukira aku harus membuang tas-tas itu jika kami menjumpai situasi dimana aku harus memakai senapanku.

Aku baru menyadarinya, pakaian kerja yang kugantungkan di ranselku untuk mengeringkannya tidak ditemukan di manapun. Kemungkinan itu terjatuh saat aku berlari kemarin.

Aku meraaa sangat tidak nyaman membawa barang-barang ini.

Cleria membawa tas paling kecil diantara ketiganya. Dia juga membawa tas yang berisi barang-barang pribadi miliknya.

…..

Aku berhasil menyampaikan pesan pada Lord Corinth bahwasanya aku sedang diburu menggunakan bahasa isyarat. Aku tidak bisa menyimpan masalah ini sendirian. Jalanan kemungkinan sudah diintai semenjak lama.Tidak banyak rute pelarian yang tersedia bagi kami.

Aku sebenarnya tidak enak merepotkan Lord Corinth. Tidak ada alasan baginya yang tidak mempunyai hubungan denganku terlibat dalam masalah. Aku tidak akan menyalahkannya biarpun dia berniat untuk berpisah.

Akan tetapi, meskipun Lord Corinth awalnya terlihat terkejut, namun ia nampak tidak terganggu sama sekali. Apakah aku gagal menyampaikan maksudku padanya? Tidak, nampaknya bukan begitu.

Lord Corinth mulai sibuk sendiri setelah itu. Dia nampaknya memeriksa persediaan. Dia mondar-mandir kesana-kemari mengumpulkan semua persediaan di tanah terbuka.

Dia nampak puas setelah mengumpulkan hampir semua barang dan memanggilku. Dia mungkin bertanya apakah boleh menaruh barang-barang itu ke dalam tas. Saat aku mengangguk setuju, dia segera mulai mengemas barang-barang itu ke dalam tas. Dia sepertinya sudah memilih beberapa benda untuk dikemas terlebih dahulu.

Semua benda yang ia masukan terdiri dari barang-barang yang penting bagi kami. Bahkan akupun yakin dengan pilihannya. Aku juga sudah mengemas barang-barangku sebelumnya, namun aku menganggap semua barangku penting, jadi aku tidak bisa menentukan mana yang harus menjadi prioritas. Terakhir, Lord Corinth juga mengisi tas pribadinya, yang mirip dengan yang dipakai oleh mereka para pedagang keliling, dan tiga tas pundak yang berisi persediaan.

Lord Corinth mengangguk ke arah tas pribadinya dan dua tas besar lain kemudian menunjuk dirinya sendiri. Dia kemudian mengangguk ke arah tas yang paling kecil dan menunjuk ke arahku. Aku baru yakin untuk pertama kalinya bahwa dia berniat menemaniku.

Lord Corinth benar-benar teladan seorang bangsawan. Aku benar-benar malu mencurigai dia sebaliknya.

Selagi dia mengorganisir barang bawaan, aku perhatikan bahwa Lord Corinth tidak memiliki pedang. Mungkin dia kehilangannya saat bertarung dengan gerombolan Gray Hound kemarin.

Aku mengumpulkan semua pedang kawan-kawanku, namun tidak mungkin aku membawa semuanya. Aku putuskan membiarkan Lord Corinth memilih pedangnya sendiri. Aku mengajaknya ke tempat dimana aku mengumpulkan semua pedangbitu dan memberinya isyarat untuk mengambil satu.

…..

Cleria menarikku ke tempat dimana deretan pedang diletakkan dengan rapi. Itu mungkin pedang milik teman-temannya.

Jika aku terus menggunakan senapan dan pistol laser, sumber energi mereka pasti akan habis cepat atau lambat. Jika itu terjadi, mereka tidak ada bedanya dengan barang bawaan tidak berguna. Akan bagus jika aku punya senjata alternatif.

Sebuah pedang huh? Bikin nostalgia. Sebenarnya ini pertama kalinya bagiku melihat pedang asli. Namun aku sudah sering melihat ini dalam game VR.

Game VR yang konten utamanya berupa pedang dan semacamnya sangat kugemari ketika SMP dan SMA dulu. Waktu itu aku sempat keganjingan dibuatnya.

Judul dari game itu sangat simpel dan to-the-point. Judulnya adalah “Swordsman”. Formatnya game RPG biasa, namun terdapat fitur PVP mode di dalamnya.

Aku sangat ketagihan dengan game ini selama empat tahun. Namum seiring berjalannya waktu terasa membosankan dan pada akhirnya aku berhenti memainkannya.

Namun sebelum keluar, aku pernah berpartisipasi dalam World Tournament yang diadakan di planetku dan berhasil menempati peringkat 9.

Aku muncul dalam berita online, dan aku dianggap seperti pahlawan hebat oleh para anak laki-laki di sekolahku.

Mungkin sangat terlambat mengatakan ini setelah aku menghabiskan sejumlah besar uang dan jatah makan siangku untuk memainkannya, tapi kenapa waktu itu aku menghambur-hamburkan uang dan waktu untuk hal yang tidak berguna? Tapi yah, mempertimbangkan situasi sekarang, menghabiskan uang jatah makan siangku ada gunanya juga

Aku mengambil pedang yang agak mirip dengan yang kugunakan dalam game dan sedikit menjaga jarak dari Cleria.

Dan sekarang, mari ingat-ingat lagi. Aku cuma bocah 14 tahun saat itu. Berpartisipasi dalam turnamen tersebut rasanya seperti hal paling menentukan dalam hidupku.

Aku log-in hari demi hari dan bahkan meng-install modul pengunci untuk bisa online meskipun saat aku tidak memainkannya; meskipun pada akhirnya aku dibanned.

Aku coba mengingat bagaimana rasanya hari-hari saat bermain game dan mengayunkan pedang. A~ah, sekarang aku ingat. Hari-hari itu dipenuhi dengan gairah yang membara.

Semakin lama aku mengayunkan pedang, semakin aku mengingatnya. Yeah, akhirnya aku bisa ingat sekarang – gerakan penghabisan yang kugunakan saat turnamen.

Corinth-style Swordsmanship Final Secret Technique: Meteor Stream!

Itu adalah jurus 24 hit combo dengan kekuatan offensive yang ektrim.

Tapi sekarang kalau dipikir lagi, logika macam apa yang kugunakan menamai jurus itu dulu? Omong-omong, sama sekali tidak ada yang mirip meteor dalam gerakan itu.

Tubuhku mulai memanas setelah beberapa kali mengayunkan pedang.

(Beri aku beberapa dukungan.)

Aku mentransmisikan gambaran mentalku ke nanom dan mencoba semua combo dasar yang digunakan dalam game. Yeah, tubuhku bergerak sempurna. Jadi rasanya seperti ini.

Semakin aku mengulangi combo itu, semakin baik gerakanku. Mungkin ini karena muscle memory atau semacamnya?

Ayo coba gerakan yang lebih kompleks. Oh kawan, ini benar-benar menyenangkan.

Aku secara bertahap memantapkan gambaran Meteor Stream di dalam kepalaku. Sekarang aku benar-benar mengingatnya! Ini adalah gerakan yang kupraktekkan ribuan kali. Puluhan ribu kali.

Saat gambaran itu sempurna, aku melancarkan Meteor Stream yang sebenarnya.

…..

Lord Corint sejenak tampak bingung, namun ketika ia melihat pedang, tatapan matanya berubah. Di langsung beranjak ke pedang milik Kapten Antes.

Aku sangat terkesan dengan intuisi tajam Lord Corinth. Pedang milik Kapten Antes terlihat normal, namun sebenarnya adalah pedang sihir dengan kualitas baik. Aku mengetahuinya kerena aku sendiri yang memberikan pedang ini pada Kapten, namun tidak disangka ada yang bisa mengetahui nilainya hanya dalam satu kali lihat.

Lord Corinth mengambil beberapa jarak dariku, menyiapkan kuda-kuda dan menarik pedang dari sarungnya. Aku akhirnya bisa menyaksikan kecakapan berpedang Lord Corinth.

Pada awalnya, dia hanya mengayunkan pedang secara normal. Ayunan itu sepertinya hanya untuk melemaskan bahunya. Pedang secara perlahan berayun makin cepat dan makin cepat. Dia kemudian melancarkan serangkaian serangan. Sungguh teknik berpedang yang indah!

Setelah itu diikuti serangkaian teknik berpedang tidak dikenal satu demi satu. Teknik itu sepertinya bukan dari sekolah pedang manapun yang kuketahui. Akan sangat sulit menghadapi teknik-teknik serangan itu jika pertama kali.

Lima serangan cepat berturut-turut!? Ah! Sungguh gerakan yang mengesankan!

Lord Corinth perlahan membuka matanya. Seluruh auranya memancar tajam. Dia cuma berdiri di tempat dengan pedang di tangannya, namun hanya melihatnya seperti itu sudah menakutkan. Sungguh semangat pedang yang mengesankan!

Detik berikutnya, teknik itu dilepaskan. Itu adalah teknik serangan bertubi-tubi yang sangat cepat. Dan bukan hanya terdiri dari tebasan pedang, namun diintegrasikan dengan teknik beladiri seperti menendang dan sikutan kaki. Serangan bertubi-tubi itu terus berlanjut tanpa jeda. Gerakan terakhir sangat tajam, serangan menukik yang tak kasat mata.

Aku terpaku dalam diam.

Teknik berpedang itu sangat indah seperti tarian yang anggun. Elemen-elemen itu tidak muncul dalam sekolah berpedang manapun. Tidak seorang pun yang bisa memblokir pedang itu jika berhadapan untuk pertama kalinya. Ya, tidak peduli seberapa hebat teknik berpedang lawan. Teknik berpedang yang sangat hebat itu membuatku berpikir demikian.

Teknik pedang ini pastinya adalah kartu truf milik Lord Corinth. Dia dia secara terbuka mengizinkanku untuk melihatnya.

Bagi pendekar pedang manapun, jurus terkuat mereka sama pentingnya dengan nyawa. Kecuali jika antara guru dan murid atau tuan dan pelayannya, itu bukanlah sesuatu yang bisa diperlihatkan ke sembarangan orang. Setelah itu diperlihatkan, artinya sang pendekar pedang mempercayai orang tersebut dengan nyawanya.

Dadaku menjadi panas atas kepercayaan yang Lord Corinth berikan padaku. Aku tidak bisa bilang bahwa aku dan Lord Corinth telah saling membangun hubungan kepercayaan. Namun jika seseorang tidak berusaha untuk percaya, maka tidak ada yang memulainya.

Ini adalah cara Lord Corinth menempatkan kepercayaannya padaku mulai saat ini.

Aku juga akan percaya pada Lord Corinth!

Read Faloo Novels online at faloomtl.com
Table of Content Link
Advertise Now!

Please wait....
Disqus comment box is being loaded