Bab 6 – Cleria (bagian II)

Font Size :
Table of Content
           


Link

Fu~u. Lelahnya. Aku juga kelaparan. Sepertinya aku tidak sanggup berdiri lagi. Aku terus berlari kesana-kemari dan bahkan melakukan pekerjaan kasar.

Terpikir untuk menguliti salah satu kuda yang mati itu untuk makan malam, namun sekarang bukan saatnya. A~ah. Tapi aku pengen banget nyoba daging kuda.

Aku selesai mengubur mayat-mayat itu dan membawa gadis itu kembali ke atas selimut.

Selagi cemas memikirkan bagaimana caranya mengajaknya makan, dia menatapku sangat serius kemudian duduk dengan tegap. Dia mulai bicara. Aura khusyuk keluar darinya saat mengatakan kalimat-kalimat panjang dan formal.

Setelah dia selesai berbicara dan menutup matanya, tubuhnya tiba-tiba bercahaya.

(Apa itu?)

[Tidak tahu. Ketika dia menutup matanya, kami mendeteksi energi yang tidak teridentifikasi berfluktuasi sekitar satu detik.]

(Tapi apa sebenarnya itu?)

[Tidak tahu.]

Aku terkejut bahwa Nanom pun tidak bisa mengidentifikasi fenomena tersebut. Kurasa aku harus bertanya padanya secara langsung setelah aku mendapatkan kemampuan komunikasi dengan benar.

Oh ya. Ayo makan! Aku yakin dia lapar juga.

Aku mengeluarkan sebuah botol air mineral dan dua ransum darurat. Aku mengecek lAbelnya dulu. Kurasa gadis-gadis lebih menyukai yang manis, jadi aku pilih yang ini. Ransum darurat terbagi menjadi dua rasa: manis dan asin. Aku mengeluarkan yang manis dahulu, jadi yang asin adalah jatahku.

Aku menuangkan air kedalam cangkir sementara dan menyerahkan padanya. Dia langsung meneguknya saat itu juga. Aku mengambil cangkir dari dia dan mengisinya kembali. Kali ini, dia hanya menyesap sedikit. Dia sepertinya sangat penasaran dengan cangkir ini.

Aku juga meneguk banyak-banyak dari cangkirku sendiri karena aku sangat haus. Aku harus mengisi lagi air sesegera mungkin.

Dan kemudian, saatnya makan. Aku memberinya ransum darurat. Dia menatap penasaran pada ransum itu namum tidak melakukan apa-apa.

Duh. Mungkin karena aku sangat lelah. Aku mengambil kembali ransum itu, menyobek bungkusnya dan menyerahkan padanya. Setelah menatap sejenak, dia kemudian mengambil satu gigitan.

Setelah itu, dia menghabiskan semuanya seperti orang rakus. Kurasa dia belum pernah makan apapun dengan rasa seperti itu sebelumnya. Sungguh kasihan. Dia yang paling muda diantara kawan-kawannya, jadi kemungkinan dia disuruh kerja paling keras oleh mereka.

Aku juga mulai makan. Rasanya, enak, tapi entah kenapa rasanya ada yang kurang.

Aku kelelahan.

…..

Di sisi lain, sungguh mengejutkan seseorang yang barus saja menguburkan mayat termasuk anggota tubuhku akan segentar ini. Pria ini pastinya seorang pengguna sihir penyembuhan yang sedang menyamar (dokter).

Dia nampak terkejut saat aku menyebutkan nama sang Dewi sebelumnya. Namun karena dia tidak bisa memahami kata-kataku, reaksinya sangat wajar.

Aku yakin dia penasaran tentang isi sumpah yang kusebutkan atas nama sang Dewi

Biar bagaimanapun, sangat jarang bagi sebagian besar orang untuk menyaksikan sumpah atas nama sang Dewi. Karena status sosialku, aku beberapa kali pernah menyaksikannya. Namun bagi orang biasa yang tidak termasuk dalam kelas bangsawan, pemandangan ini sungguh tak biasa.

Setelah itu, pria itu mengeluarkan botol kaca jernih yang sebelumnya. Dia kemudian mengeluarkan cangkir kaca yang sama jernihnya dan menuangkan air ke dalamnya. Dia memberikannya padaku. Aku sangat kehausan, jadi aku langsung meminumnya saat itu juga. Setelah selesai, dia mengisi cangkirnya kembali.

Setelah aku lebih tenang, aku perhatikan betapa anehnya cangkir kaca jernih ini. Cukup tipis, dan setelah menghabiskan isinya, cangkir ini sangat ringan seolah aku tidak memegang apapun sama sekali.

Dan bahkan permukaannya sangat sempurna, menandakan cara pembuatannya yang rumit. Seberapa banyak sebenarnya emas yang harus dibayarkan untuk membuat benda sangat indah ini?

Selagi sibuk dengan lamunanku, pria itu selanjutnya memberiku balok berwarna perak. Sungguh aneh. Menilai dari beratnya, tidak mungkin benda ini adalah besi. Aku sama sekali tidak paham.

Setelah melihatku ragu-ragu, pria itu mengambil kembali balok itu. Dia melepaskan permukaan metaliknya seperti sulap; memperlihatkan isi di dalamnya. Dia kemudian memberikannya lagi padaku.

Sekali lagi aku terkejut dengan pemandangan itu. Yang kukira awalnya adalah balok besi, ternyata adalah sesuatu yang dibungkus dengan bungkusan metalik. Dan bungkusan metaliknya bisa dilepaskan dengan mudah.

Pria itu memberikan isyarat padaku untuk memakannya. Jadi ini makanan!? Saat aku mendekatkan ke mulutku, bau harum keluar darinya.

Aku mengambil satu gigitan. Manis! Apakah ini sejenis makanan penutup? Rasanya manis dan memiliki tekstur yang lembut. Tanpa sadar aku memakan semuanya.

Fu~, enak sekali. Ini pertama kalinya aku memakan kudapan selezat ini.

Pria itu juga selesai memakan bagiannya, menunjuk ke dirinya sendiri, dan mengatakan “Alan”. Sejenak dia berhenti lalu melanjutkan. “Alan Corinth”.

Apakah dia menyebutkan namanya sendiri? Omong-omong, aku belum memperkenalkan diriku dengan benar juga.

Aku coba menunjuk ke arahnya sambil mengatakan “Alan”. Sejenak aku berhenti lalu melanjutkan “Alan Corinth”. Pria itu mengangguk senang.

Aku harus memperkenalkan diri juga. Aku menunjuk diriku sendiri dan berkata “Cleria”. Sejenak aku berhenti kemudian mengungkapkan nama lengkapku. “Cleria Starvine.”

Pria itu balas menunjuk ke arahku dan berkata “Cleria. Cleria Starvine.” Dia berulang kali menyebutkan namaku. Sepertinya dia sedang latihan.

Selagi sibuk mengucapkan namaku, aku fokus pada ekspresi pria itu. Bahkan setelah mendengar nama belakang Starvine, pria ini tidak menunjukkan reaksi yang berarti. Sesuai dugaan orang ini… bukan, Alan Corinth bukanlah penduduk lokal dari area sekitar sini.

Tapi meski begitu, apakah sebenarnya dia bangsawan? Sulit dibayangkan bahwa barang-barang seperti kaca dan kudapan lezat itu dimiliki orang biasa.

Aku cukup familiar dengan keluarga bangsawan utama di kerajaan ini, dan keluarga bangsawan di negara tetangga juga. Tapi aku belum pernah mendengar keluarga bangsawan bernama Corinth.

Setelah kenyang, aku tiba-tiba merasa kantuk. Mungkin itu karena aku merasa lega bahwa kemungkinan Alan Corinth berasal dari keluarga bangsawan.

…….

Aku senang atas usahaku memperkenalkan diri berjalan lancar. Nama Cleria Starvinw terdengar keren juga.

Aku penasaran apa profesinya? Mungkin dia semacam tentara karena memiliki senjata dan mengenakan armor di bagian tertentu.

Kalau begitu dia sama denganku. Kami mungkin bisa memahami satu sama lain jauh lebih baik karena berbagi banyak kesamaan.

Ada banyak hal yang masih ingin kutanyakan, tapi Cleria tampaknya sudah sangat mengantuk. Dia memberikan isyarat, dengan lirih mengucapkan beberapa kata dan menjatuhkan dirinya ke atas selimut. Sedangkan aku, sangat kelelahan, namun sekarang masih terlalu dini untuk tidur dan ada sesuatu yang benar-benar harus kulakukan apapun yang terjadi.

(Kita dalam situasi darurat! Kita harus membuat organ buatan untuk Cleria sebelum pagi.)

Tidak, bahkan mungkin kita tidak punya waktu sebelum lagi.

[Tingkatan seperti apa yang berencana kau buat?]

(Yang dasar saja sudah cukup. Tidak perlu sampai memiliki kegunaan normal. Tapi aku ingin setidaknya memungkinkan dia untuk berjalan beberapa menit. Aku tidak ingin sesuatu yang tidak stabil dan cepat hancur. Kau hanya diperbolehkan menggunakan material yang tersedia disini. Segera merancang modelnya.)

[Mohon pindai semua materi yang tersedia.]

Selagi melaksanakan apa yang diinstruksikan, aku mengingat kebenaran mengejutkan yang baru kusadari.

Cleria baru saja meminum banyak air.

Kemungkinan dia harus ‘membuang’ sesuatu nanti.

Dia tidak bisa berjalan.

Aku tidak berpikir seorang gadis yang kehilangan tangan dan kakinya bisa menyelesaikan “urusannya” dengan benar.

Itu berarti… aku harus membantunya.

Masa depan mengerikan membuntutiku! Aku sebisa mungkin harus menghindari tragedi tersebut!

Pertempuranku baru saja dimulai.

Read Faloo Novels online at faloomtl.com
Table of Content Link
Advertise Now!

Please wait....
Disqus comment box is being loaded